Media Sosial

Sabtu, 29 Juni 2013

Melihat Kawasan Bandungan Dari Jalanan


Tidak perlu jauh-jauh ke Bogor untuk bisa menikmati hawa dingin dan suasananya puncak disana. Bagi kita yang tinggal di Kota Semarang pasti tahu tempat dimana yang suasananya kurang lebih sama seperti di puncak, Bogor. BANDUNGAN, bukan sebuah nama ibukota provinsi Jawa Barat namun merupakan salah satu kawasan sejuk yang berada di kabupaten Semarang karena letaknya yang berada di kakai gunung Ungaran. Banyak wisata yang bisa kita nikmati dikawasan ini, diantaranya adalah wisata alam, wisata kuliner, bahkan "wisata malam". Sebagai kawasan "Puncaknya" di kabupaten Semarang disana ditemukan banyak penginapan dari yang termurah sampai yang cukup merogoh kocek.
Rasanya sebagai orang Semarang tidak perlu sampai menginap disana mengingat jarak yang tidak terlalu jauh, namun untuk sebagian orang suasana yang tidak mungkin kita dapatkan di kota lumpia menjadikan penginapan disana selalu laris manis terlebih lagi di waktu liburan. Terlepas dari apapun maksud dan tujuannya kesana yang jelas pemerintah setempat sangat jeli akan potensi yang dimiliki kawasan Bandungan ini sehingga fasilitas-fasilitas publik pun semakin di galakkan secara gencar disana.

Candi Gedong Songo Masih Sebuah Impian.


Candi Gedong Songo adalah nama sebuah kompleks bangunan Candi peninggalan budaya hindu yang terletak di desa Candi, kecamatan Bandungan, kabupaten Semarang, Jawa Tengah, tepatnya di lereng gunung Ungaran. Di kompleks ini terdapat sembilan buah candi. Candi-candi ini ditemukan pada tahun 1804 oleh Raffles di ketinggian sekitar 1.200 meter diatas permukaan laut sehingga suhu udara disini cukup dingin.
Candi Gedong Songo masih merupakan sebuah impian buat saya kunjungi karena memang sampai sekarang ini kaki saya belum menapakkan disana. Hasrat serta besar harapan saya untuk menikmati suasana yang ditawarkan disana serta menapak tilas belajar sejarah masa lampau. Terakhir kali kala hasrat ingin kesana namun Tuhan belum mengijinkan, ada halangan yang akhirnya memupuskan hasrat terpendam saya.

Jimbaran, Sebuah Tradisi Masa Lampau.


Begitu mendengar nama di atas pastilah orang berfikir eksotisnya salah satu pantai di daerah Kuta Selatan, Badung, Bali. Kesohoran pantai disana sudah tidak diragukan lagi bagi para kalangan turis lokal maupun mancanegara. Di daerah Bandungan sendiri, tepatnya sebelum sampai kawasannya terdapat nama daerah yang disebut Jimbaran. Kalau di Bali terkenal pantainya, kalau di kabupaten Semarang terkenal masakannya. Potensi utma di desa Jimbaran adalah wisata kuliner pemancingan, begitu kita memasuki daerah sini maka dari ujung ke ujung yang kita temui adalah pemancingan.
Wisata kuliner Jimbaran menjadi kunjungan wajib hampir semua wisatawan yang sedang menikmati liburan dikawasan Bandungan. Fenomena tersebut seperti satu paket wisata andalan daerah sana. Gagalnya kita menikmati Candi Gedong Songo membawa kita mengikuti tradisi yang ada. Mampir ke jimbaran dan menikmati kuliner yang disajikan disana.

Kesimpulan

Liburan merupakan kebutuhan primer setiap individu, tidak harus mahal yang terpenting adalah berkualitas. Mulailah liburan di tempat yang paling dekat dari kita sehingga bila kita mendapati apa-apa yang perlu dibenahi sehingga nantinya mampu menjadikannya sebuah potensi. Tidak selamanya harapan sejalan dengan kenyataan, terkadang terdapat sedikit penyimpangan. Tinggal bagaimana kita membuat penyimpangan itu seminimal mungkin. Mas Deni, Rina, Mbak Igka, Nana, what's next?

Salam,

AHMAD NURUS SIROT

Minggu, 16 Juni 2013

We Are Family




Bukan hadir sebagai film baru namun nyatanya tetap asyik dan cantik untuk dinikmati. We Are Family (2012) hadir menambah rentetan kesuksesan film bollywood di tanah India serta dunia. Lewat arahan pintar dari Karan Johar yang juga menyutradarai fim-film Bollywood terbaik seperti Kuch Kuch Hota Hai (1998), Kabhi Kushi Kabhi Ghom (2001), dan My Name is Khan (2009) membawa "We Are Family" menambah catatan manis selama karirnya di dunia perfilman. Sebuah film keluarga yang sangat wajib ditonton ini merupakan remake film Hollywood "Stepmom" arahan Chris Columbus pada tahun 1998. Sekalipun merupakan film adaptasi dari film hollywood namun nyatanya sang sutradara mampu memvisualisasikan dengan gaya dan cara Bollywood.
Di awal fim ini kita akan dimanjakan dengan pesona wisata yang ada disana. Dengan jalanan yang mulus memanjang bak tanpa putus, pantai indah dengan hamparan pasir putihnya serta tebing-tebing tingginya nan cantik dan mempesona. Namun bukan tentang keindahan, kecantikan, kemolekan dan pesona wisata yang ingin dibagikan dalam film ini namun kisah klasik keluarga yang sangat umum terjadi dalam kehidupan nyata bermasyarakat.

Film ini bercerita tentang keluarga broken home dimana keharmonisan keluarga tetap terjaga dengan baik walaupun kedua orang tuanya sudah berpisah. Namun dengan keharmonisan tersebut tidak lantas membuat Aman terjebak dalam kenangan rumah tangganya yang sudah hancur beberapa silam. Selepas bercerai dari Maya, Aman menjalin kisah asmara dengan Shreya, wanita muda berbakat yang bekerja sebagai desainer mode kenamaaan di India. Hubungannya dengan Shreya nyatanya mampu berjalan seimbang dengan hubungan keharmonisan bersama anak-anaknya. Sampai pada saat Shreya diajak oleh Aman ke rumah Maya untuk menghadiri ulang tahun anaknya yang ketiga, Anjali. Kedatangan Shreya  justru membuat gejolak tersendiri akan hubungan Aman dengan Maya yang sudah terjalin dengan baik selama ini, terlebih lagi kepada anak pertamanya.
Anak tertua Aman dan Maya, Aleya yang sudah berumur 13 tahun tersebut tidak semudah Anjali yang baru 3 tahun ketika dikenalkan Shreya sebagai teman ayahnya. Aleya sudah cukup tau dan mengerti mengenai hubungan kedua orang tuanya yang sudah terpisahkan oleh hukum, agama dan negara. Dan kedatangan Shreya di tengah-tengah mereka oleh Aleya dianggap untuk mencuri ayahnya dari keluarga mereka. Puncak dari perseteruan ini terjadi saat Anjali hilang dari pengawasan Shreya saat Aman tidak bisa menemani anak-anaknya karena urusan pekerjaan yang padat. Kemarahan Maya atas insiden tersebut berujung dengan hubungannya Aman dan Shreya. Aman menyetujui permintaan Maya untuk tidak melibatkan Shreya dalam pengurusan anak-anak mereka karena dirasa anak-anaknya akan aman diawasi dan dipantau oleh ibunya langsung. 

Ketegangan tersebut memperburuk hubungan Shreya dengan Aman. Aman ingin kembali ke anak-anak dan keputusan tersebut meremuk redamkan hati dan jiwa Shreya. Keputusan yang diambil Aman juga didasari atas sebuah kenyataan pahit dimana Maya terkena kanker rahim sehingga Aman memutuskan untuk membantu mengurus anak-anak dengan tinggal di rumah Maya. Hari terus berlalu dan keadaan Maya semakin menurun sehingga dia merasa perlu untuk mencari bantuan. Dan Shreya lah yang dipilih Maya terlepas kondisi yang pernah terjadi diantara mereka. Kedekatan dan kepedulian Shreya kepada anak-anaknya dan juga dialah yang paling dekat dengan bapaknya anak-anaknya merupakan keputusan terbaik Maya untuk memilih Shreya. Situasi sempat memanas lagi manakala anak-anaknya lebih dekat dengan Shreya ketimbang dengan ibunya, Maya. Rasa kecewa ditambah penyakit yang dideritanya membawanya merasakan dunia rumah sakit.
Kondisi yang semakin memprihatinkan membuat Maya berfikir ulang, dalam 3 permintaan yang diberi oleh Anjali, Maya meminta agar semuanya berkumpul menemainya. Maya juga meminta Aman untuk mengajak Shreya menemaninya dan berbicara empat mata. Dia juga meminta pulang dihari raya karena Maya sudah kangen suasana rumah. Mengingat itu bisa saja menjadi permintaan terakhir Maya, dengan sepenuh hati Aman mengabulkannya. Menjelang ending semua akan di ajak larut dalam kesedihan yang larut dimana banyak surprise yang diberikan Aman, Aleya, Ankush, Anjali dan Shreya untuk "kado perpisahan" mereka. Sebuah film yang sangat disayangkan untuk dilewatkan begitu saja karena banyak pelajaran yang bisa kita ambil disana.

Selamat menonton,

AHMAD NURUS SIROT