Media Sosial

Sabtu, 02 Februari 2013

Film 3 Idiots

Jum'at, 01 Februari 2013



Idiots adalah orang-orang dengan keterbelakangan mental, itulah mungkin yang terlintas dalam pikiran kita manakala mendengar kata tersebut. Namun kalau kita menelusuri makna idiots ternyata sangat luas artinya. Seperti dalam wikipedia, idiot diartikan sebagai orang yang kekurangan kemampuan profesional, orang tak berpendidikan. Pada medis dan psikologi abad ke-19 dan awal abad ke-20, "idiot" adalah orang yang memiliki tingkat IQ yang sangat rendah, sekitar dibawah 20. Kini idiot tidak lagi digunakan untuk istilah ilmu pengetahuan.
Kaitannya dalam film 3 Idiots ini kita akan dibelokkan mengenai arti idiots itu sendiri seperti yang kita bayangkan selama ini. Sekalipun ada sedikit pembenaran sebagian namun di film ini tidak menggambarkan seperti apa idiot itu sendiri. Dalam film garapan Vidhu Vinod Chopra ini dijelaskan bahwa panggilan tersebut disemayamkan kepada kedua mahasiswa dengan nilai terendah sekampus setiap ujiannya juga kepada seorang yang membangkang apa yang sudah ada disana dengan pendapatnya dan pada akhirnya julukan 3 idiots bertengger di nama 3 sahabat tersebut.
Film yang dirilis pada 25 Desember 2009 ini sarat banyak pesan moral yang bisa diambil pelajarannya. Diantaranya adalah sistem pendidikan, orang tua serta sebuah persahabatan yang di rangkum dalam sebuah film berdurasi lebih dari 2 jam tersebut. Dengan tidak meninggalkan ciri khas film bollywood dimana terdapat nyanyian diiringi tarian-tarian energik dan indah yang sudah melekat pada semua film disana menambah daya tarik tersendiri. Dan beberapa pesan moral yang diberikan kurang lebih adalah sebagai berikut ;
  • Sistem Pendidikan
 Sudah saatnya sistem pembelajaran di kampus diubah sesuai dengn kemajuan jaman juga permintaan dunia internasional yang semakin komplek. Bukan hanya sekedar meneruskan tradisi mengajar yang sudah ada melainkan disesuaikan dengan kondisi sekarang ini. Kuliah bukan hanya sekedar mencari ijazah namun juga mencari pengetahuan dan mempraktekkannya. Sebagai tenaga pengajar sudah saatnya memberi ruang gerak sebebas-bebasnya untuk menyalurkan kreativitas yang dimiliki mahasiswanya dan ditopang dengan ilmu pengetahuan yang sudah didapatnya selama belajar.
  • Keluarga
Merupakan suatu kebanggaan manakala anak yang notabene penerus dan diharapkan mampu mendongkrak derajat orang tua mampu diterima di kampus terkenal di negaranya dengan segala kehebatannya menjadikan mahasiswanya manusia berkualitas yang mampu bersaing dengan orang luar dan banyak yang sukses menjadi orang besar. Namun terkadang ambisi mereka terlewat berlebihan tanpa memikirkan apa yang disukai anaknya. Apakah mereka mau kuliah disana? Apakah  mereka menjadi Insinyur? Dan sebagainya. Nyatanya gengsi akan keberadaan para orang tua dimata masyarakat mampu memaksa anak menuruti kemauan orang tuanya yang katanya demi masa depan nya namun sebenarnya tak ubahnya sebuah pencitraan dimata masyarakat.
  • Persahabatan
Dalam film ini memang pesan moral persahabatan sangat dominan yang saya tangkap. Dan hal tersebut sangat menarik untuk dikupas. Seorang sahabat yang ada disaat kita sedih bahkan dalam kondisi terpuruk sekalipun. Seorang sahabat yang dengan ikhlas membimbing mereka kedalam kesuksesan masa depan mereka. Seorang sahabat yang dengan kelebihannya mampu berbagi sedikit masa depan dia untuk sahabatnya sendiri. Terkesan biasa dalam cerita film ini mengenai persahabatan mereka karena memang di dunia nyata terdapat seperti itu namun pesan moral yang sungguh luar biasa dan besar agaknya menampar kita sebagai makhluk sosial sudahkah kita menjadi seorang sahabat yang baik buat sahabat-sahabat kita?
Dan berikut adalah beberapa pesan moral lainnya yang terdapat dalam alur cerita film ini ;
  • Hidup itu perlombaan, jika kau tidak cekatan, orang lain akan merebut peluang.
  • Air garam adalah penghantar listrik yang baik, kami mengetahuinya, dia mempraktekkannya.
  • Kalau bisa disederhanakan, untuk apa dibuat bertele-tele dan rumit?
  • Tidak berkata "tidak" kepada pasien, kode etik kedokteran, resiko jadi dokter.
  • Orang yang belajar demi pengetahuan, bukan sekedar ijazah, adalah orang yang luar biasa.
  • Tak ada yang mengingat orang yang kedua, yang diingat cuma orang pertama.
  • Sangat mudah memberi nasehat, tapi sulit menjalaninya.
  • Yang kamu merasa gembira melakukannya, jadikan itu profesimu.
  • Jika terlintas pikiran bodoh di otakmu, pandang foto orang tuamu dan bayangkan apa yang akan terjadi pada senyum mereka jika kau mati.
  • Jadilah apa pun yang kau suka, apa pun menurut hatimu.
  • Kau tidak bisa terus-terusan benar.
  • Memang sakit melihat nilai teman yang rendah dibawah kita, tapi akan lebih sakit ketika melihat nilai teman yang jauh lebih tinggi diatas kita.
Salam blogger,
AHMAD NURUS SIROT  

Boikot Pajak

Jum'at 01 Februari 2013


Menjelang akhir tahun, Indonesia dikejutkan dengan wacana "BOIKOT PAJAK". Wacana ini menyeruak dipicu oleh hasil musyawarah nasioanal Nahdlatul Ulama (NU) di Cirebon. Yang mana hasil Munas tersebut tercipta seiring maraknya pemberitaan tentang kasus korupsi yang dilakukan oleh oknum pegawai pajak. Masyarakat kemudian menganggap bahwa uang pajak mereka dikorupsi oleh pegawai pajak tersebut.
Kalau membaca statement diatas rasanya sebagai masyarakat awam sangat mendukung wacana tersebut. Karena sudah capek-capek mencari uang untuk kehidupan pribadi sehari-hari sekaligus sebagian untuk membayar pajak nyata-nyatanya malah dikorupsi. Orang mana yang rela begitu saja uang pajaknya dibawa kabur sedangkan seharusnya uang tersebut digunakan untuk membiayai pembangunan nasional.
Kalau kita cermat, wacana "BOIKOT PAJAK" itu sendiri sebenarnya hanyalah warning atau peringatan agar Direktoral Jenderial (Ditjen) Pajak serius dalam upayanya memerangi korupsi serta perbaikan tata kelola pajak agar lebih baik. Harapannya agar Ditjen Pajak mampu meresponnya dengan aturan jelas melalui penindakan tegas kepada pegawai pajak yang korup.
Perlu diketahui bahwa di kantor pajak sudah tidak ada yang menerima uang pajak dari Wajib Pajak (WP) yang membayar pajak. Uang yang dibayarkan tersebut semuanya masuk ke kas negara di Bank Indonesia bukan ke kantor pajak. Jadi sebagai masyarakat modern janganlah selalu mengaitkan korupsi uang pajak dengan para pegawai Ditjen Pajak sekalipun dulu pernah ada kasus tersebut namun sekarang sistem dan birokrasi sudah diperbahraui dan di atur sedemikian rupa guna memaksimalkan kinerja dan pengawasan di Ditjen Pajak itu sendiri. Juga perlu direnungkan bahwa ketika pajak di boikot, harga yang harus dibayar negara sangat mahal. Negara bisa ambruk dan imbasnya akan terjadi tindak anarkisme.

Salam calon pegawai Ditjen Pajak,
AHMAD NURUS SIROT