Media Sosial

Kamis, 19 Maret 2015

De MATA : Wahana Narsis Bikin Mringis


Berada di kawasan bekas terminal Umbulharjo Jogja, Museum De Mata menawarkan tempat wisata lain di Yogyakarta. Koleksi lukisan tiga dimensi  (3D) sekitar 120 buah yang memanjakan pengunjung untuk narsis dengan cara yang berbeda. Berbagai tema yang ditampilkan seperti alam, public figure, super hero, olahraga, sejarah, ornamen yang terlihat sangat nyata dan tentunya mengundang rasa penasaran. Museum yang berada di XT Square, Jl. Veteran, Pandean, Umbul Harjo, Yogyakarta mampu memanjakan jiwa anak muda maupun dewasa yang masih hobi bernarsis ria.


Dengan retribusi masuk sebesar Rp 25.000,- per orang (senin-kamis, Rp 35.000,- untuk jum'at, sabtu, minggu) kita bisa bebas berfoto sesuka hati dengan berbagai macam ekspresi. Karyawan disana sangat ramah dan selalu memberi arahan bagi pemula. Mereka juga tidak segan-segan membantu jika kita meminta mereka untuk mengambilkan gambar. Sedikit tips dari saya jika kalian berkunjung kesana adalah perhatikan contoh foto yang ada di sekitar lukisan. Amati dengan detail untuk mendapatkan hasil gambar yang bagus dan terlihat nyata.


Selain wahana narsis yang diberikan, De Mata juga menyediakan jasa foto di dalam museumnya, tarif Rp 100.000,-. Tempat istirahat pengunjung yang di desain ala kafe-kafe jaman sekarang dengan aneka camilan dan minuman ringan serta berbagai buah tangan seperti kaos, pin, mug, dsb yang berhubungan dengan De Mata. Sekali lagi, jika ingin berkunjung kesana, fokuslah ke Jalan Veteran dan cari XT Square. Pengalaman pribadi kesana, banyak warga jogja yang kurang mengenal wahanan narsis bikin mringis ini.

Salam Blogger

Selasa, 17 Maret 2015

Belajar ke Taman Pintar Yogyakarta


Taman ini berada di Jalan Panembahan Senopati No. 1-3, Yogyakarta. Taman rekreasi sekaligus taman edukasi terbesar di Yogyakarta ini selalu menjadi rujukan wisata sekolah-sekolah serta masyarakat umum yang notabene memiliki anak usia sekolah. Taman yang selalu buka setiap hari selasa-minggu ini merupakan taman segala usia yang sangat positif dan mendidik. Selain mendapatkan pengalaman lahiriah, kita semua juga mendapatkan nutrisi otak.


Memasuki taman pintar kita akan disambut Gong Perdamaian Nusantara yang megah dengan hiasan air yang cantik dimana sebelah kanan dan kirinya terdapat cetakan tapak tangan dan kaki Presiden Republik Indonesia ke-2 sampai ke-6 (khusus Presiden pertama cetakan wajah dan presiden ketujuh masih kosong). Di gong sendiri terdapat tana 5 agama serta lambang provinsi, kota dan kabupaten se Indonesia. Tanah yang digunakan sebagai pondasi gong diambil dari tanah di 33 provinsi di Persada Nusantara.


Taman pintar sendiri terdiri atas beberapa gedung, diantaranya adalah area playground yang luas untuk anak-anak bermain. Pada area ini gratis dan tidak dipungut biaya jadi banyak orang tua yang mengajak anaknya kesini. Gedung PAUD berisikan peralatan peraga dan permainan edukatif khusus PAUD, pra TK maupun anak TK. Dimana pada gedung sebagian besar bekerja sama dengan beberapa Universitas di Yogyakarta seperti UGM.


Gedung Memorabilia berisikan peralatan peraga pengetahuan sejarah Indonesia. Di dalamnya terdapat sejarah Kasultanan dan Paku Alaman Yogyakarta, Tokoh-tokoh penting Indonesia maupun biografi singkat Presiden RI. Gedung Oval dan Kotak berisi peralatan peraga berbasis edukasi sains. Mulai dari jaman prasejarah, ilmu fisika, BMKG, simulasi gempa, tatanan tata surya, otomotif, nuklir, PLTU, PLN, dsb. Gedung Planetarium terdapat peralatan peraga film pengetahuan tentang antariksa dan tata surya.
Tarif tiket Masuk Gedung Oval-Kotak dan Memorabilia adalah Rp 18.000,- per orang, Planetarium Rp 15.000,- dan Teater 4D sebesar Rp 20.000,- per orang. Tempat wisata ini sangat cocok untuk pelajar guna mendukung pengetahuan dari luar sekolah.

Salam Blogger

Senin, 16 Maret 2015

Melihat Sebuah Kota Dari Sisi Lain

Sumber : Machinami.biz (Candi Borobudur, Magelang, Indonesia)

Kebanyakan Travel Blogger maupun Photo Blogger selalu menampilkan dan membagikan beraneka ragam hal-hal indah yang cantik yang harus dikunjungi di suatu daerah. Wisata alam, bahari, budaya, kesenian selalu menjadi topik unggulan dari setiap blogger, sehingga banyak diantara mereka yang berusaha mendapat posisi terbaik dalam mengambil gambar liburannya. Namun, tahukah kalian bahwa ada hal menarik yang bisa dibagi dan diberikan dari tempat di sekitar kita? Hal yang sebelumnya tidak akan pernah kita duga namun cukup indah juga setelah diperhatikan.
Adalah Minako Shoh, Travel dan Photo Blogger kondang asal Jepang yang hobi melalang buana ke seluruh dunia. Pekerjaan asli yang merupakan seorang pengacara di Jepang mematahkan anggapan kehidupan pengacara yang mewah. Terlihat dari blog nya di machinami.biz yang di penuhi beraneka ragam foto jalanan, gang, hingga pasar yang mendominasi karyanya yang sebagian besar di ambil di kota-kota Jepang dan beberapa kota di negara vlain.
Pengambilan gambar yang apik di tambah peralatan yang memadai serta obyek foto yang indah, pemilik akun @MinakoTokyo ini mampu memadankan dengan berbagai suasana yang menarik. Walau sedikit keterangan yang di sematkan di blog nya di tambah dengan bahasa yang kurang dimengerti namun hasil karyanya sangat memanjakan mata. Diakuinya bahwa beberapa foto diambil menggunakan kamera berkualitas agak rendah, sehingga apabila kita menemukan foto yang kurang pas bisa didiskusikan dengan beliau.
Keterbukaan ibu keren ini menjadi angin segar bagi para Photo Blogger, Travel Blogger maupun para pecinta fotografi untuk bisa bertukar pikiran. Moment ini sudah sepatutnya mampu dimanfaatkan mereka untuk belajar banyak dari beliau, bertukar pikiran dan saling memberi ilmu satu sama yang lainnya.

Salam Blogger

Kamis, 05 Maret 2015

Napak Tilas ke Tamansari Yogyakarta


Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyimpan beragam potensi wisata yang banyak dan sayang untuk tidak disambangi. Tidak jauh dari Keraton Ngayogyakarta tepatnya di Jalan Ngasem terdapat tempat sejarah yang dahulunya merupakan tempat rekreasi, liburan, meditasi sekaligus benteng pertahanan anggota kerajaan kasultanan Ngayogyakarta. Dengan retribusi sebesar Rp 5.000,- per orang, kita bisa menikmati berbagai peninggalan sejarah masa lampau masih dijaga apik dan kokoh sebagai singgah sultan.


Begitu memasuki pintu pertama, selain diminta kartu retribusi kita juga akan ditawari jasa mereka untuk mengunakan pemandu. Saran saya adalah terima jasa mereka karena di dalam tidak ada informasi apapun mengenai sejarah masa lalu bangunan-bangunan bersejarah disana. Sayangnya, sikap sombong dan terlalu percaya diri saya menolak tawaran mereka yang akhirnya berbuah pahit dan hanya bisa mengabadikan sisa-sisa bangunan nya saja. Tarif jasa mereka kurang tahu namun sepertinya tidak sampai Rp 50.000,-


Di dalamnya kita akan di suguhi berbagai ruangan yang biasa digunakan para sultan beserta keluarga beristirahat, bermeditasi, bermain air, dsb. Terdapat juga ruangan khusus memasak pada jaman dahulu disana, ruang pertemuan, ruang keluarga, dsb. Saya sesekali mengikuti wisatawan yang menggunakan jasa pemandu sehingga sedikit tahu tentang Tamansari pada masa lampau. Selain wisatawan luar daerah yang ingin mengetahui Tamansari, banyak warga lokal yang turut berlibur kesana dan mayoritas dipenuhi anak muda yang sedang kasmaran.

Salam Blogger

Rabu, 04 Maret 2015

Kirab Pekan Budaya Tionghoa di Yogyakarta


Awal bulan Maret 2015, Kota Yogyakarta memiliki banyak hajatan yang sangat sayang untuk dilewatkan. Salah satu acara yang menyedot perhatian warga lokal serta wisatawan adalah Kirab Pekan Budaya Tionghoa. Dimana untuk tahun ini acara PBT sudah berlangsung yang ke 10, bukan waktu yang sebentar untuk bisa eksis menghadirkan hiburan yang mana acara keseluruhan bertemakan Tionghoa. Sebuah prestasi yang patut di apresiasi dan terus dijaga sehingga mampu terus-menerus memberikan hiburan warga yang unik.


Pertengahan hari, panitia dan peserta kirab disibukkan dengan pernak-pernik dan berbagai kebutuhan untuk acara kirab malam harinya. Jalan Abu Bakar Ali yang biasanya di padati sesak bus pariwisata, kala itu bak lapangan manusia dan berbagai peralatan kirabnya. Pelaksanaan kirab dimulai jam 6 sore dengan jalur dari Jl. Abu Bakar Ali menuju Jl. Malioboro, Jl. A. Yani, Jl. Koni dan berakhir di Titik 0 KM Yogyakarta.
Sebelum semua merapat ke titik pertemuan terakhir, peserta kirab harus menampilkan atraksinya di hadapan Gubernur DIY beserta jajarannya serta tamu undangan yang menyaksikan acara kirab dari panggung yang berdiri kokoh di seberang Benteng Vredeberg. Kirab diisi berbagai pertunjukan yang kental dengan budaya Tionghoa mulai dari Tarian, Peragaan Busana, Marching Band dari Angkatan Kepolisian, Komunitas Sepeda, Komunitas Reptil, Abdi Dalem Kasultanan Yogyakarta, dan di dominasi berbagai atraksi Barongsai yang malam itu juga memperebutkan piala Gubernur dengan total hadiah puluhan juta rupiah.


Acara sendiri berlangsung meriah dan menjadi catatan perjalanan tersendiri bagi saya. Malioboro menjadi lautan manusia yang rela berdesak-desakan menantikan kirab ini. Dekatnya jarak peserta yang satu dengan yang lainnya ditambah harus menampilkan atraksi membuat rombongan kirab saling berhenti dan tidak berjalan untuk beberapa lama sehingga banyak warga yang duduk di pinggiran jalan dan bahkan sebagian banyak meninggalkan lokasi acara kirab. Acara Pekan Budaya Tionghoa sendiri berlangsung dari tanggal 01 sampai 06 Maret 2015 di Kampung Ketandan, Malioboro, Yogyakarta.

Salam Blogger

Selasa, 03 Maret 2015

Konsistensi Ngeblog lewat LBI


Bukan rahasia umum kalau dalam setiap lomba blog kita dituntut untuk mengikuti setiap aturan yang ada. Tidak berbeda jauh, itulah beberapa kriteria yang disematkan dalam persyaratan mengikuti kompetisi Liga Blogger Indonesia (LBI) tahun 2015. Kompetisi yang berlangsung panjang menuntut semua peserta untuk konsistensi menjalankan aturan yang berlaku. Awal kompetisi teramat sangat menyenangkan manakala hampir semua peserta antusias dengan acara ini sehingga membuat pengurus LBI sendiri harus kerja keras dan kerja cerdas menggarap kompetisi ini.
Kejutan manis di awal kompetisi bukan merupakan bumbu sedap membawa LBI 2015 ke tahap yang membanggakan, banyak yang berguguran dipertengahan musim dan menjelang akhir kompetisi. Sepertinya kejenuhan mulai melanda sebagian peserta, kompetisi panjang yang lain dari biasanya membawa titik jenuh bagi mereka. Namun jika di flashback lagi seharusnya kita mampu mensiasati untuk melepas jenuh., mengingat sedari awal semua ketentuan sudah dijelaskan panjang lebar mengenai kompetisi ini.
Mengingat 10 peserta LBI 2015 merupakan Top Ten Season 2014 sehingga di tahun ini setidaknya kita harus berlomba-lomba untuk bisa bertahan di posisi 10 besar jika ingin tahun berikutnya ikutan kompetisi tanpa melewati babak penyisihan. Untuk bisa bertahan yang dibutuhkan hanyalah niat dan konsistensi diri saja. Kalau memang niat dan konsisten, apapun bisa diatasi. Seberapa sibuknya kita, ngeblog akan terus dikerjakan karena memang sudah diniatkan.
Selain konsistensi, dari saya pribadi lebih memilih waktu tenang untuk mengeksekusi tulisan ke dalam blog. Perlu diketahui bahwa saya selalu membuat draft postingan blog di dalam buku tulis khusus yang nantinya akan di pindah jika semua tulisan telah final. Waktu posting juga harus diperhatikan mengingat kita semua sangat sibuk dengan segudang aktivitas masing-masing. Walau saya terkadang harus mengalah dengan situasi dan kondisi yang ada namun sejujurnya terdapat rasa penyesalan tidak bisa menyelesaikan tantangan dan mengalah pada keadaan. Yang tidak bisa ketinggalan saat aktivitas ngeblog adalah camilan kripik singkong. Camilan kecil seharga Rp 5.500,- per 100 gram ini sudah menjadi kebiasaan dari jaman dahulu dan selalu dibeli setiap ingin begadang dan biasanya camilan tersebut selalu habis sebelum satu tulisan terposting dalam blog.
Tetap semangat memperbarui konten yah blogger's.

Salam Blogger.