Berbarengan dengan apel kebangsaan yang diselenggarakan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah di Simpang Lima Semarang, Desa Banaran Kecamatan Gunung Pati didukung perusahaan rokok ternama Indonesia mengadakan acara bertajuk Culture Festival. Acara ini menarik untuk saya datangi dibanding acara yang menghabiskan dana miliaran itu karena sudah jarang ditemukan festival yang membawa kearifan lokal dewasa ini. Dan juga saya ingin melihat bagaimana antusias masyarakat terhadap acara ini mengingat Pemprov mendatangkan beberapa artis ternama ke Ibukota Jawa Tengah ini.
Berdasarkan info yang saya dapat dari baliho acara akan diselenggarakan mulai pukul 07.00 WIB hingga selesai, namun sesampainya disana acara belum benar-benar dimulai. Panggung utama masih dalam tahap checking audio sedangkan peserta karnaval yang notabene masyarakat sekitar ada juga yang belum berdatangan. Tepat pukul 09.00 WIB acara karnaval dimulai dari depan pintu masuk kampus Universitas Semarang (Unnes) hingga tujuan akhir di lapangan Banaran.
Peserta karnaval dari tiap-tiap RT yang terdiri dari anak-anak, remaja, dewasa hingga manula dengan membawa gunungan hasil bumi yang tersusun secara apik. Rute yang cukup jauh dengan jalanan yang berkelok serta tanjakan khas Gunung Pati menjadi tantangan sendiri. Sepanjang rute karnaval, peserta bersorak sesuai jargon masing-masing sehingga menambah semarak di jalan. Tidak lupa mereka juga menampilkan atraksi kesenian dengan peralatan sederhana. Bahkan beberapa anak-anak membawa mainan tradisional yang sudah jarang ditemukan dewasa ini.
Banaran Culture Festival sejatinya merupakan acara hiburan masayarakat dengan menampilkan berbagai permainan tradisional serta upaya menjaga dan melestarikan budaya turun-temurun. Sesampainya di panggung utama, peserta disambut dengan hiburan solo orgen yang meramaikan acara tersebut. Gunungan-gunungan hasil bumi yang diarak masing-masing peserta di kumpulkan menjadi satu disamping panggung. Selanjutnya perwakilan tiap RT diajak lomba permainan tradisional seperti Balap Karung, Tarik Tambang serta Bakiak.
Acara berlangsung cukup meriah dengan sorak-sorai warga yang mendukung peserta lomba dan juga hiburan lagu-lagu dangdut yang mampu mengajak masayarakat untuk bergoyang. Sebagai masyarakat luar Banaran yang kebetulan penasaran acaranya, saya cukup tersentuh dengan acara yang mengusung kebudayaan daerah serta permainan tradisional di dunia modern kini. Serta antusias masyarakat yang berpartisipasi patut saya acungi jempol terutama remaja (karang taruna) yang tidak tergoda artis Ibu Kota yang hadir di Semarang. Warga Manula yang notabene tidak memiliki kekuatan serta tenaga sebesar orang dewasa dan mau ikut andil dalam acara ini membuat saya tersentuh. Saya mengapresiasi keterlibatan beliau dalam acara ini karena mereka butuh tenaga lebih untuk jalan kaki serta membawa gendongan berisi hasil bumi melalui jalan yang tidak dekat.
Saya sepenuhnya tidak mengkuti acara ini hingga selesai, selain cuaca yang kurang mendukung tubuh saya kurang bisa diajak kompromi. Tetapi saya sangat suka dengan acara yang mengemas kesenian serta kebudayaan yang berasal dari warisan turun-temurun. Selain sebagai hiburan, acara seperti ini sejatinya merupakan media pembelajaran efektif serta mampu membangkitkan kenangan masa lalu apapun itu. Semoga Kota Semarang makin banyak acara-acara seperti ini dan saya bisa menjadi bagian dari mereka walau hanya sekedar lewat tulisan.
Salam
0 comments:
Posting Komentar