Nama Tumurun diambil dari Bahasa Jawa Turun - Temurun yang artinya mewariskan dari generasi ke generasi. Museum ini didirikan oleh Bp. Iwan Kurniawan Lukminto yang merupakan anak pendiri PT Sritex di Sukoharjo. Berdirinya museum ini didasari atas penghormatan beliau terhadap ayahnya yang merupakan kolektor kesenian yang bernilai tinggi. Khawatir seni -seni yang dikoleksinya tidak terawat dengan baik maka dibuatlah museum ini. Tumurun Private Museum ini berada di Jalan Kebangkitan Nasional No 2 - 4, Sriwedari, Laweyan, Kota Surakarta.
Sesuai namanya, museum ini tidak dibuka untuk umum sehingga masyarakat awam sulit untuk mengetahui lokasinya karena tidak ada papan namanya di gedung bangunannya. Walau tidak dibuka untuk umum namun masyarakat luas masih bisa mendatanginya untuk melihat mahakarya kesenian yang bernilai tinggi. Tentunya dengan membuat janji atau booking lewat WhatsApp Messanger. Ketika pertama kali mengontak pihak pengelola museum, kita bakal dipandu singkat mengenai tanggal dan jam kunjungan. Ketika jadwal yang kita inginkan sudah penuh kuotanya, maka pengelola akan memberikan alternatif kunjungan. Setelahnya kita hanya diminta mengisi formulir yang berisikan identitas pribadi kita, tanggal kunjungan, jumlah pengunjung serta alasan ingin berkunjung. Dan nantinya meraka akan mengkonfirmasi ulang dan kita sudah resmi bisa berkunjung ke museum sesuai jadwal yang sudah ditentukan.
Museum ini berada di depan The Margangsa Hotel, sekali lagi bahwa museum ini tidak memiliki papan nama yang menunjukkan lokasi. Bangunan dijaga 2 satpam yang akan mengecek dan mengkonfirmasi kita sesuai jadwal yang sudah di tentukan lewat WhatsApp. Kemudian kita akan disuruh untuk menunggu sejenak sembari rombongan yang lainnya datang. Ketika sudah waktunya kita bakal dikumpulkan di depan pintu masuk museum sembari diberi breafing sedikit mengenai hal - hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama berada di dalam museum.
Area museum terbagi atas dua lantai yang mana dilantai utama berisikan karya seni dari seniman yang masih hidup dan berkarya hingga sekarang, baik seniman Indonesia maupun luar negri. Sedangkan di lantai 2 terdapat karya seni dari maestro seniman dalam dan luar negri yang sudah wafat. Atas permintaan pemilik, kita hanya diperbolehkan untuk berkeliling di lantai 1 saja karena karya seni di lantai 2 mudah untuk rusak. Selama berkeliling, pemandu hanya menemani di dalam tanpa menjelaskan mengenai karya seni yang ada mengingat kunjungan kita yang dibatasi hanya 1 jam saja setiap rombongan.
Sebagai orang yang kurang paham mengenai seni, saya sangat menghargai beragam koleksi beliau yang pastinya sangat bernilai ini bisa dinikmati masyarakat luas tanpa dipungut biaya sepersenpun. Terdapat banyak seni lukis dalam berbagai media yang tertata sangat apik. Bahkan koleksi mobil - mobil beliau yang ikonik juga ikut dipajang disana. Info yang diperoleh ketika pertama kali breafing bahwa masih ada beberapa koleksi mobil beliau yang tidak ikut diperlihatkan mengingat keterbatasan lahannya. Dalam setiap karya seni yang ada disana disertai keterangan singkat mengenai pembuatnya serta sebuah barcode. Canggihnya, kita bisa mengetahui siapa seniman pembuatnya beserta profil nya hanya dengan mengarahkan kamera handphone ke barcodenya. Setelah kamera menscan barcode maka kita akan dialihkan ke browser dengan laman dari Tumurun Museum yang berisikan seniman tersebut. Hanya saja ini berlaku untuk smartphone iPhone saja, sedangkan Android membutuhkan aplikasi pihak ketiga untuk bisa melakukannya.
Salam
NB : PER JUNI 2019 PENDAFTARAN KUNJUNGAN KE MUSEUM BERALIH SECARA ONLINE DI www.tumurunmuseum.com , REGISTRASI HANYA BISA DILAKUKAN 7 HARI SEBELUM KUNJUNGAN.
NB : PER JUNI 2019 PENDAFTARAN KUNJUNGAN KE MUSEUM BERALIH SECARA ONLINE DI www.tumurunmuseum.com , REGISTRASI HANYA BISA DILAKUKAN 7 HARI SEBELUM KUNJUNGAN.
0 comments:
Posting Komentar