Berkisah tentang lulusan sarjana yang belum juga mendapatkan pekerjaan namun kegiatannya selalu sibuk bersama komunitasnya melakukan touring keliling korea. Ji-Woong yang akan kembali ke kamar kostnya dihadang pemilik kost untuk dimintai pembayaran kost yang menunggak. Dengan segala tipu muslihatnya dia mencoba merayu supaya diberi tambahan waktu membayar. Sadar tidak memiliki tabungan, Woong menelepon ibunya dan berniat meminjam uang. Namun uang satu juta won yang akan dipinjamkan ke Woong terpaksa digunakan ibunya untuk merenovasi toko yang dirusak oleh babi hutan.
Karena tidak juga membayar, ibu kos mengalihkan kos Woong ke Hong-Sil yang diperuntukkan ayahnya. Hong-Sil merupakan mantan anak pengusaha kaya raya yang akhirnya menderita karena ayahnya bangkrut, aset perusahaan digunakan untuk membayar hutang dan taruhan judi. Hong-Sil bekerja dengan mengumpulkan barang bekas dan dijual lagi ke penadah. Uang hasil kerja kerasnya dia tabung untuk mengembalikan lagi kondisi seperti dahulu kala sehingga dia amat sangat gigih bekerja.
Melihat Ji-Woong yang seperti gembel menggugah hati nurani Hong-Sil untuk menampungnya sembari mengajak bekerja. Namun dibalik itu semua ada niat jahat yang intinya tambahan keuangannya tersebut bakal dimintanya, sedangkan bunga tabungan hasil kerja kerasnya baru akan dikasihkan ke Ji-Woong sebagai imbalna atas kerjanya. Sebagai pengumpul barang bekas awalnya cukup membuat Ji-Woong risih, namun mengingat kondisi keuangan yang kosong membuatnya belajar menerimanya. Apa yang dikerjakannya bersama Hong-Sil tidak sia-sia, Ji-Woong mampu mengumpulkan kepingan-kepingan uang atas usahanya sendiri.
Karena sudah punya uang sendiri, Ji-Woong mentraktir makan dan minum teman-temannya sepuasnya. Karena pada bertanya, Ji-Woong berbohong tentang pekerjaannya demi sebuah gengsi terlebih lagi didepan teman wanita spesialnya. Bahkan dia tidak ragu-ragu memanjakannya dengan membelikan sandal mahal. Agak ragu awalnya namun kekuatan cinta mampu mengalahkan logika dan pada akhirnya harus mengikhlaskannya tergerus cukup dalam.
Saat sedang terpuruk atau sedih, Hong-Sil selalu mampir disebuah pohon rindang yang tumbuh diatas bukit. Ternyata bangkrutnya perusahaan ayahnya membuat ibunya jatuh sakit dan meninggal. Mahalnya prosesi kremasi membuat Hong-Sil putus asa dan hanya bisa menabur abu jenasah ibunya disekitaran pohon tersebut. Begitu berartinya pohon tersebut membuat Hong-Sil ingin membeli tanah tersebut karena oleh pemilik tanah, tanah tersebut akan dijual dan bakal dijadikan lapangan golf.
Akhirnya Hong-Sil menarik sebagian uangnya untuk mencicil sebagian harga tanah dengan perjanjian akan dilunasi satu minggu lagi. Menemukan transaksi fantastis dari pengambilan ATMnya membuat Hong-Sil berang dan mengecek penggunaannya. Karena merasa memiliki uangnya juga membuat Ji-Woong tanpa dosa menggunakannya sehingga menimbulkan perang mulut yang menjadikan konflik itu tersendiri. Namun disisi lain Hong-Sil yang juga harus menyelesaikan hutang-piutang atas tanah diatas bukit. Celakanya sisa uang ditabungan dibawa kabur oleh pegawai bank.
Merasa down tidak tahu harus bagaimana lagi membuat Hong-Sil mencoba menceburkan diri ke sungai dari atas jembatan, Ji-Woong yang ingin menolong namun ketidakmampuan berenang membuat dia berpikir ulang. Ji-Woong yang tidak tega terhadap kondisi Hong-Sil berusaha sekuat mungkin mengembalikan uangnya dengan mendatangi pihak bank. Pihak bank tidak bisa membantu apa-apa hanya sebuah tabungan sebesar satu juta won atas nama Ji-Woong yang bisa diberikan. Berangkat dari uang tersebut, Ji-Woong berencana melunasi sisa kekurangan hutang-piutang atas tanah namun dirasa tidak cukup diambillah keputusan hanya membeli pohon. Begitu berartinya pohon tersebut bagi Hong-Sil sehingga pohon yang dibelinya dibawanya dan ditanam kembali di depan kos Hong-Sil sehingga dia tidak merasa kehilangan akan kenangan bersama ibunya.
Salam Blogger,
AHMAD NURUS SIROT
aaaaaakkk iki film korea khan yaaa.. waaah diriku kudet nih gak paham blas film koreee...
BalasHapusYang gak kudet film apaan mas ndop??
Hapus