Jum'at, 08 Maret 2013
Kota Semarang adalah ibukota Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Semarang merupakan kota yang dipimpin oleh wali kota Drs. H. Soemarmo HS, MSi dan wakil wali kota Hendrar Prihadi, SE, MM. Kota ini terletak sekitar 466 km sebelah timur Jakarta, atau 312 km sebelah barat Surabaya, atau 624 km sebalah barat daya Banjarmasin (via udara). Semarang berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten Demak di timur, Kabupaten Semarang di selatan, dan Kabupaten Kendal di barat.
23 tahun sudah saya pribadi menikmati apa yang sudah ada di Kota Semarang. Segala hal banyak ditawarkan oleh pihak pemerintah Kota Semarang guna memanjakan masyarakatnya juga para wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Sebagai masyarakat sudah selayaknya kita mengetahui potensi-potensi yang ada. Juga ikut melestarikan apa yang dinamakan dengan melestarikan budaya serta apa yang menjadi kebanggaan kota ini. Di umur 23 tahun ini sangat berharap suatu saat bisa berwisata religi di Kota Semarang ini. Setidaknya tempat-tempat ibadah semua agama yang ada disini ingin sekali saya kunjungi. Berikut diantaranya adalah :
- Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT).
Keberadaan Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) tidak lepas dari Masjid Besar Kauman Semarang. Pembangunan MAJT berawal dari kembalinya tanah banda (harta) wakaf milik Masjid Besar Kauman Semarang yang telah sekian lama tidak tentu rimbanya. MAJT dirancang dalam gaya arsitektural campuran Jawa, Islam dan Romawi. Bangunan utama masjid beratap limas khas bangunan jawa namun dibagian ujungnya dilengkapi dengan kubah ditambah lagi dengan empat menara ditiap penjuru atapnya sebagai bentuk bangunan masjid universal islam lengkap dengan satu menara terpisah dari bagunan masjid. Gaya romawi terlihat darj bangunan 25 pilar dipelataran masjid. Pilar-pilar bergaya koloseum Athena di romawi dihiasi kaligrafi-kaligrafi yang indah. MAJT selain disiapkan sebagai tempat ibadah juga dipersiapkan sebagai objek wisata religi.
- Gereja Blenduk.
Adalah gereja kristen tertua di Jawa Tengah yang dibangun oleh masyarakat Belanda yang tinggal di Kota Semarang pada tahun 1753 dengan bentuk heksagonal (persegi delapan). Gereja ini sesungguhnya bernama Gereja GPIB Immanuel yang beralamat di Jalan Letjend. Suprapto 32. Kubanya yang besar dilapisi perunggu dan didalamnya dibuat berdasarkan salib Yunani. Nama Blenduk adalah julukan dari masyarakat setempat yang berarti kubah.
- Pura Agung Giri Natha.
Pura ini berlokasi di Jalan Sumbing nomor 12 Semarang, dari arah Jalan Veteran naik melalui Lempongsari. Pura ini berfungsi sebagai tempat suci, tempat memuja keagungan Sang Hyang Widhi secara ritual maupun spiritual. Pura ini berdiri sejak tahun 1970 dirintis bersama oleh sesepuh atau tokoh umat hindu di Semarang. Pada awal berdirinya bangunannya sangat sederhana, kemudian berkembang terus hingga secara yuridis formal keberadaannya diresmikan oleh Gubernur Jateng, H. Mardiyanto pada tanggal 04 April 2004.
- Vihara Buddhagaya Watugong Semarang.
Merupakan vihara yang pertama berdiri di Indonesia semenjak hancurnya Majapahit dan musnahnya Buddha-Dhamma serta lenyapnya umat Buddha di nusantara. Menurut sejarah vihara ini resmi didirikan pada tahun 1957. Dilokasi ini ditanam "Pohon-Boddhi", yaitu pohon yang berjasa kepada Sang-Buddha Gotama pada saat mencapai pencerahan sempurna.
- Kampung Pecinan.
Disinilah warga keturunan Tionghoa sejak berabad-abad silam menetap di Semarang. Di pecinan sangat kental dengan budaya Tionghoa. Hampir disetiap gang terdapat klenteng yang masing-masing mempunyai keistimewaan tersendiri. Di Semarang sendiri terdapat 11 klenteng besar dan 10 diantaranya berada di kawasan pecinan, yaitu klenteng Hoo Hok Bio, Siu Hok Bio, Tay Kak Sie, Kong Tik Soe, Tong Pek Bio, Liong Tek Hay Bio, Hok Bio, See Hoo Kong, Wie Wie Kiong dan klenteng Grajen. Sedangkan klenteng satunya adalah klenteng Sam Poo Kong yang berada di Gedung Batu, Simongan.
Salam Satu Semarang,
AHMAD NURUS SIROT
0 comments:
Posting Komentar